Minggu, 31 Oktober 2010

Pemanfaatan Potensi Susu Segar Boyolali Untuk Waralaba “SOBO Milkshake”

Sugih Hokki dan Nurica Prilanda Wiyasandi membuat proposal kewirausahaan dengan memanfaatkan susu segar Boyolali untuk diolah menjadi minuman bergizi yaitu milkshake. Dan seperti inilah "cuplikan" proposalnya.


A.      Latar Belakang
Susu merupakan bagian dari empat sehat lima sempurna yang baik dikonsumsi masyarakat setiap hari.  Air susu merupakan bahan makanan  yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal. Selain air susu mengandung semua zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh darah dan dimanfaatkan oleh tubuh. 
Sumber susu segar dapat diperoleh dari sapi perah. Boyolali merupakan salah satu daerah penghasil susu segar terbesar di Indonesia. Menurut Pemerintah Kabupaten Boyolali, dari total pemenuhan kebutuhan susu secara nasional, 53,43 persen disuplai dari produksi susu di Jawa Tengah khususnya di Boyolali. Namun pendistribusian susu belum efektif, penyebarannya hanya sekitar daerah-daerah di Jawa Tengah, salah satunya di Surakarta. Selain itu, produk minuman susu segar dari Boyolali yang dipasarkan di Surakarta hanya melalui pedagang kaki lima dengan olahan susu yang sederhana. Sementara produk minuman berbahan dasar susu seperti milkshake dari perusahaan asing beredar hampir seluruh kota di Indonesia. Milkshake merupakan salah satu minuman ringan berbahan dasar susu yang diolah dengan rasa, bentuk, dan kemasan yang menarik. Produk ini masih jarang dijumpai di Surakarta karena kebanyakan produsennya hanya memasarkan di kafe dan pusat perbelanjaan mewah seperti mall.
Memandang kondisi tersebut, muncul peluang usaha yang cukup besar dalam memasarkan produk susu segar Boyolali dalam bentuk minuman ringan berupa milkshake yang dapat dinikmati semua kalangan. Dengan inovasi dalam rasa dan komposisi milkshake yang variatif produk ini diyakini mampu menyaingi produk asing yang sejenis, apalagi sistem target pasarnya diperluas hingga lingkungan sekolah-sekolah dan kampus-kampus di Surakarta. Selain itu, bahan dasar susu segar mudah diperoleh karena jarak Boyolali hanya 25 km dari Surakarta. Harga beli susu segar dari penyuplai yang hanya Rp. 2.750 – Rp.  2.850 per liter menjanjikan keuntungan yang cukup besar.
  
B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat ditentukan permasalahan bagaimana pemanfaatan susu segar Boyolali untuk usaha waralaba “SOBO milkshake” di Surakarta.

C.    Tujuan
            Tujuan dari usulan ini adalah memanfaatkan potensi susu segar Boyolali untuk usaha yang berbentuk waralaba minuman ringan menyehatkan berupa milkshake yang dipasarkan di Surakarta.


D.      Luaran yang Diharapkan

Terciptanya waralaba minuman ringan menyehatkan yaitu “SOBO (Solo-Boyolali) milkshake”, sebagai bentuk pemanfaatan susu segar Boyolali.

E.       Kegunaan
Usaha waralaba “SOBO milkshakedi Surakarta ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain :
a.    Memanfaatkan potensi susu segar Boyolali.
b.    Menciptakan usaha dalam bentuk waralaba minuman ringan menyehatkan dengan merk “SOBO milkshake” untuk menaikkan nilai jual susu segar Boyolali.
c.    Menggalakkan budaya hidup sehat di masyarakat Surakarta dengan mengkonsumsi susu segar yang diolah dalam bentuk milkshake.
d.   Memperkenalkan hasil kekayaan daerah ke masyarakat di Indonesia khususnya di Surakarta.
e.    Mengembangkan jiwa wirausaha dan melatih kemandirian dengan membuka usaha sendiri.
f.     Ikut berperan aktif dalam  memajukan perekonomian di Indonesia pada umumnya dan daerah Surakarta pada khususnya.
g.  Menciptakan lapangan usaha baru bagi masyarakat.

Sabtu, 30 Oktober 2010

Sahabat ^_^

Indahnya persahabatan tidak akan pernah pudar. Persahabatan terjadi secara tidak sengaja, dimulai dengan perkenalan, menjadi teman, kemudian meningkat menjadi sahabat.




Tidak hanya sekedar menjadi teman bersenang-senang, tetapi juga saling memberi support. Kami memberikan perhatian satu sama lain walaupun dengan hal-hal kecil, tapi kami percaya dengan perhatian kecil itu, kami akan tetap kuat dan dapat tetap melestarikan persahabatan kami. Tetap pertahankan persahabatan kita girlz!!




Thanks for my best friend's : Tatik, Novi, Titik, Christina. ^^

Pemodelan Matematika dari Intensitas Cahaya Matahari Berdasarkan Letak Geografis Lahan Pertanian Untuk Menentukan Jenis Tanaman Pertanian di Desa Segorogunung Karanganyar

A.          JUDUL
Pemodelan Matematika dari Intensitas Cahaya Matahari Berdasarkan Letak Geografis Lahan Pertanian Untuk Menentukan Jenis Tanaman Pertanian di Desa Segorogunung Karanganyar
B.           Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman ialah faktor tanah, suhu, dan cahaya. Identifikasi pertumbuhan tanaman berdasarkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi menjadikan hal yang penting untuk dijadikan kajian kegiatan penelitian yang dilakukan, sehingga berdasarkan hasil analisa identifikasi faktor-faktor tersebut akan dapat dilakukan telaah dalam menentukan tingkat kondisi optimum yang diperlukan tanaman selama pertumbuhan (Mech.R dan Prusinkiewicz.P, 1996).
Cahaya matahari sebagai sumber energi primer di muka bumi, sangat menentukan kehidupan dan produksi tanaman. Pengaruh cahaya tergantung pada panjang gelombang cahaya yaitu antara 0,4 – 0,7 milimikron, intensitas cahaya maupun lama penyinaran (panjang hari). Sedangkan intensitas cahaya matahari disuatu wilayah tertentu dipengaruhi oleh letak geografisnya. Letak geografis itu sendiri terdiri dari ketinggian permukaan tanah dan kemiringan lahan.
Desa Segorogunung, Karanganyar merupakan salah satu wilayah dengan lahan pertanian yang memiliki karakteristik tertentu ditinjau dari letak geografisnya.  Segorogunung terletak di pegunungan Lawu yang berjarak ± 30 km dari  Solo, dengan ketinggian 1382 meter di atas permukaan laut. Suhu di desa ini tergolong dingin, sehingga lahannya cocok ditanami tanaman khusus dataran tinggi, seperti strawberry, daun bawang, kubis, wortel, dan sawi. Namun dari jenis tanaman tersebut, tidak semua dapat menghasilkan panen yang optimum. Permasalahan yang muncul dari kondisi tersebut adalah menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi letak geografis dan intensitas cahaya matahari sehingga menghasilkan panen yang optimum. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang mencari hubungan antara penentuan jenis tanaman pertanian dengan letak geografis dan intensitas cahaya matahari. Hasil yang ingin dicapai berupa pemodelan matematika dari hubungan tersebut.

C.          Perumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah menentukan hubungan antara penentuan jenis tanaman pertanian dengan letak geografis dan intensitas cahaya matahari di desa Segorogunung Karanganyar melalui suatu model matematika.

D.          Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah menentukan model pengaruh intensitas cahaya sebagai penentu jenis tanaman di lahan pertanian Desa Segoro Gunung.

E.           Luaran Yang Diharapkan
Hasil utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1.        model pengaruh intensitas cahaya sebagai penentuan jenis tanaman, dan
2.        jenis tanaman yang sesuai di Desa Segoro Gunung, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian petani di wilayah tersebut.

F.           Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.        Dapat menguraikan hubungan antara besarnya intensitas cahaya matahari matahari menurut letak geografis lahan pertanian di Desa Segoro Gunung, Karanganyar dalam suatu model matematika.
2.        Memakai model yang telah didapat sabagai acuan penentuan jenis-jenis tanaman yang tumbuh optimal di lahan pertanian Desa Segoro Gunung, Karanganyar.
3.        Menerapkan ilmu pemodelan matematika pada kasus nyata dibidang pertanian.
4.        Memberikan informasi tentang cara penentuan jenis tanaman yang optimal di Desa Segoro Gunung, Karanganyar.

G.          Tinjauan Pustaka
G.1. Pemodelan Matematika
Model adalah suatu usaha untuk menciptakan suatu replika/tiruan dari suatu fenomena/ peristiwa alam. Salah satu jenis model adalah model matematika.  Menurut Habermann, model matematika adalah suatu replika/tiruan yang dilaksanakan dengan mendiskripsikan fenomena/peristiwa alam dengan satu set persamaan. Kecocokan model terhadap fenomena/peristiwa alamnya tergantung dari ketepatan formulasi persamaan matematis dalam mendiskripsikan fenomena/peristiwa alam yang ditirukan. Dalam penentuan model matematika diperlukan suatu asumsi, sehingga model yang didapatkan sesuai dengan kejadian sebenarnya. Salah satu aplikasi model matematika dalam kehiduan nyata adalah menentukan besaran intensitas cahaya berdasarkan letak geografis suatu wilayah.
G.2. Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu (kal/cm2/hari).  Pengertian intensitas disini sudah termasuk didalamnya lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya menggunakan hari.
Besarnya intensitas cahaya  yang diterima oleh tanaman tidak sama untuk setiap tempat dan waktu, karena tergantung :
a.    Jarak antara matahari dan bumi, misalnya pada pagi dan sore hari intensitasnya lebih rendah dari  pada siang hari karena jarak matahari lebih jauh. Juga di daerah sub tropis, intensitasnya lebih rendah dibanding daerah tropis. Demikian pula di puncak gunung intensitasnya (1,75 g.kal/cm2/menit) lebih tinggi dari pada di dataran rendah (di atas permukaan laut = 1,50 g.kal /cm2/menit).
b.     Tergantung pada musim, misalnya pada musim hujan intensitasnya lebih rendah karena radiasi matahari yang jatuh sebagian diserap awan, sedangkan pada musim kemarau pada umumnya sedikit awan sehingga intensitasnya lebih tinggi.
c.      Letak geografis, sebagai contoh daerah di lereng gunung sebelah utara/selatan berbeda dengan lereng sebelah timur/barat.  Pada daerah tanaman menerima sinar matahari lebih sedikit dari pada sebelah utara/selatan karena lama penyinarannya lebih pendek disebabkan terhalang oleh gunung.  Bahkan lereng sebelah barat dan timur itu sendiri juga sering terdapat perbedaan  terutama pada musim hujan.  Hal ini disebabkan karena musim hujan biasanya banyak sore hari sehingga lebih banyak awan dibanding pagi hari, akibatnya lereng sebelah barat yang baru meneroma sinar matahari sore hari akan mendapatkan radiasi dengan intensitas yang sangat rendah.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis.  Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat.  Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimum). Untuk menghasilkan berat kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh.  Namun demikian intensitas cahaya yang sampai pada permukaan kanopi tanaman sangat bervariasi, hal ini merupakan salah satu sebab potensi produksi tanaman aktual belum diketahui.
Pengukuran intensitas cahaya ditentukan fotometer fungsi efisiensi cahaya spektral penglihatan siang hari , dengan persamaan
dengan   intensitas cahaya (candela)
 harga realisasi besaran fotometer terhadap radiometri untuk penglihatan siang hari, yang bernilai 683 cd/W sr-1
 jarak matahari terhadap fotometer (km)
 sudut ruang (sr)
 arus fotometer (A)
 sensitifitas absolut fotometer (A/(W/m2))
 konstanta yang dihasilkan dari perbansingan antara fungsi efisiensi cahaya spektral penglihatan siang hari terhadap sensitivitas relatif fotometer .
Sensitifitas fotometer ditentukan dari persamaan
dengan   sensitivitas sensor pada  nm
 sensitivitas sensor relatif pada  nm
 sensitivitas absolut pada  nm.
G.3. Letak Geografis
Letak geografis dapat diamati dari posisi garis lintang, garis bujur, ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Menurut Fahri, garis lintang itu adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga ke timur atau sebaliknya , sejajar dengan equator (garis khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut penamaannya, kelompok garis yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (S). Sedangkan kelompok garis yang berada di sebelah utara equator disebut Lintang Utara (U). Jarak antar garis dihitung dalam satuan derajat. Garis lintang yang tepat berada pada garis khatulistiwa disebut sebagai 00 (nol derajat). Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 900 (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan.
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah matahari tengah malam).
Sebaliknya letak geografis selain berdasarkan garis lintang juga ditentukan oleh garis bujur. Garis Bujur adalah garis maya yang ditarik dari kutub utara hingga ke kutub selatan atau sebaliknya. Dengan pengetahuan seperti itu berarti derajat antar garis bujur semakin melebar di daerah khatulistiwa dan makin menyempit di daerah kutub. Jika pada Garis Lintang, daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator) dianggap sebagai nol derajat, untuk Garis Bujur, tempat yang dianggap sebagai nol derajat adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang tepat melintasi kota Greenwich di Inggris. Jadi, garis bujur yang berada di sebelah barat Greenwich disebut Bujur Barat dan garis yang berada disebelah timur disebut Bujur Timur. Jarak kedua garis bujur itu dari Greenwich hingga pada batas 1800 (seratus delapan puluh derajat). Pada jarak itu, Bujur Barat dan Bujur Timur kembali bertemu. Kombinasi garis lintang dan garis bujur ini berguna untuk menentukan suatu lokasi di permukaan bumi.
Posisi wilayah berdasarkan letak lintang dan bujur  serta ketinggian dan kemiringan permukaan bumi menyebabkan perbedaan suhu dan besarnya intensitas cahaya matahari di setiap wilayah, sehingga jenis tanaman yang cocok ditanam pada setiap bagian balahan bumi bebeda-beda.

H.          Metode Penelitian
H.       1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan meliputi studi literatur untuk menganalisis hubungan antara intensitas cahaya dengan letak geografis suatu wilayah. Selanjutnya pengkonstruksi model dan menentukan asumsi-asumsi model. Model yang telah dikonstruksi kemudian diterapkan pada data untuk menarik kesimpulan. Terakhir menganalisis eror dari penerapan model.
H.      2. Data Penelitian
Pemodelan suhu optimum di Desa Segoro Gunung dapat diketahui dengan cara melakukan penelitian di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah letak geografis wilayah tersebut berdasarkan garis lintang dan bujur yang diukur dengan menggunakan alat bantu yaitu GPS (Global Positioning System). Garis lintang dan bujur sebagai variabel independen yang berguna untuk menentukan bentuk model sehingga diperoleh suhu optimum di Desa Segoro Gunung. Pengambilan sampel di daerah tersebut diambil secara random, agar diperoleh sampel yang representatif. Dari sampel random, diperoleh nilai estimasi koefisien yang diharapkan mampu menggambarkan model tersebut. Jika model sudah  diperoleh, maka akan diperoleh suhu optimum suatu wilayah. Informasi tersebut dapat digunakan untuk memperoleh jenis tanaman yang sesuai untuk wilayah tersebut.

L.     Daftar Pustaka
B. Boesatyo, Menentukan Intensitas Cahaya Lampu Wi 41/G Berdasarkan Sensifitas Fotometer, Publikasi Ilmiah PPI KIM 1997, hal 398-405.
Bischoof, Die Realisierung der SI Basiseinheit Candela (cd) nach ihrer Neudefifition 1979. PTB Mitteilungen Forchen+Pruefer 90. Jahrgang Heft 1 Frebuar 1980, seite 20-25.
B. Soesatyo, Penentuan Sensitivitas Relatif Sensor Radiometer dan Fotometer, Optronika, No.1, Tahun 3, Januari 1999, hal 22-28.
http://fahripeblog.wordpress.com/2009/08/12/garis-lintang-dan-garis-bujur/

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html

Teh , Christopher. 2006. Introduction to Mathematical Modeling of Crop Growth How the Equations are Derived and Assembled into a Computer Program. BrownWalker Press: Malaysia.